Cerdas tapi Licik (~,~)

on Sabtu, Juni 04, 2011

Diskusi kelompok akan sering kalian jumpai dan bertegur sapa dalam dunia perkuliahan, setidaknya itu yang saya rasakan dikampus saya. Estimasi saya yang pertama mungkin karena para dosen ingin kita-kitanya(baca: mahasiswa/i) itu mandiri, ibaratnya tidak disuap lagi seperti jaman SMA. Jadi memang benar kata salah seorang dosen saya, ilmu yang didapatkan di universitas itu sangat minim, harus nambah referensi dari luar kampus.

Estimasi saya yang kedua kenapa dosen-dosen cenderung memberi diskusi kelompok mungkin karena dosennya malas untuk menjelaskan materi terlalu lama, karena faktanya setelah 20 menit mendapatkan materi perkuliahan, mahasiswa/i akan sibuk meng-update status di jaringan social yang mereka miliki. Kurang lebih isi statusnya mungkin seperti ini, “niy dosen ngomong apa sih? Ngantuk!” atau “waktu berputar terasa lambat, pengen cepat-cepat selesai kuliah!”. Fakta yang cukup menyedihkan memang. Sebenarnya tergantung dari dosennya juga sih, coz ada juga dosen yg “cerdas” yang bisa membuat para mahasiswa/i tetap focus hingga akhir.

Nah, jika masalahnya sudah seperti yang saya bicarakan diatas, siapakah yang hendak disalahkan? Apakah para mahasiswa/i yang seharusnya tetap focus walau badai menghadang? Apakah para dosen yang seharusnya tidak terlihat membosankan(misalnya dengan mengundang barongsai di sela-sela perkuliahan =.=')? Ataukah sistem pendidikan yang seharusnya lebih sedikit berpendidikan? Hmm, sistem yah? Yang saya tau sistem yang dipakai di Negara Indonesia adalah sistem demokrasi atau democrazy. Yang melahirkan 4 kebebasan yaitu kebebasan berpendapat, beragama, ekonomi, dan berekspresi.
Menurut Plato sistem demokrasi adalah sistem yang dungu, dan sepertinya saya sepakat dengan Plato.

Well guys finally we have to say, bukan lagi saatnya mencari siapa yang harus disalahkan, namun saatnya lah mencari solusi dari permasalahan ini!

Diskusi kelompok. Mungkin inilah salah satu solusinya walaupun tidak ada jaminan untuk futuristis yang lebih baik(fiyuuh). Diskusi kelompok dengan serangkaian aturan tak tertulisnya terkadang menyesakkan dada, jika kerja sama dalam diskusi kelompok hanya menjadi sebuah delusi, fakta yang sering terjadi adalah menjadi diskusi pribadi. Ahh, selalu saja ada masalah di balik solusi.

Well the show must go on guys! Diskusi kelompok diharapkan agar memudahkan kita(baca: mahasiswa/i) dalam memahi akan banyaknya pokok bahasan yang terdapat dalam buku/fotokopian kuliah. Dengan bahasa anak seumuran kita, tentunya akan lebih memudahkan dalam memahaminya. *perhaps* dan ternyata terkadang pun menjadi sebuah ironi.

Satu hal yang menjadi bagian dalam sebuah diskusi adalah sesi Tanya Jawab. Beruntunglah bagi para persentase yang telah benar-benar berdiskusi sebelum mempersentasekan materinya. Ketika ada yang bertanya, ekspresi awal yang terlukis adalah ‘senyum penuh kemenangan’ (hehe). Ternyata, ada juga penanya yang hanya sekedar ingin mengumpan. Saya kurang respect dengan tipe manusia yang seperti ini. Seakan ingin menjatuhkan lawan demi sebuah nilai dan pujian semata hingga mempertanyakan hal yang sebenarnya sudah sangat jelas ia ketahui. Apa hebatnya memberi pertanyaan yang terkesan dilematis hanya untuk menguji para persentase? (entah apanya yang ingin ia uji, IQ, EQ atau SQ kah? =.=’ ).
Atau ingin menjadi fotokopian Socrates? Filsuf Yunani yang sangat menyukai kegiatan ‘bertanya’ (biasanya pertanyaan-pertanyaan yang memancing). 
Orang seperti ini menurut saya adalah orang cerdas yang licik. Yang tidak ingin berdiskusi tapi ingin berdebat. Selalu mencari celah dari kebenaran yang sudah ada.
Ekspresi gado-gado



Jangan lagi memperpanjang list orang-orang cerdas yang licik di negeri ini. Sehingga menjadikan disorientasi yang berkepanjangan. Negeri ini merindukan sosok yang cerdas dan jujur. Katakan dengan lantang itu AKU!


Apa yang kita lakukan mencerminkan keseluruhan diri kita. (David Cowan)

Senantiasa luruskan niat, kehidupan yang kekal di akhirat lah yang paling utama ^^v


note: salah satu alasan mengapa saya bersenang hati menulis, lebih tepatnya mengetik postingan ini karena saya pernah menjadi korban dari teman saya yang cerdas tapi licik. namun untungnya saya cerdas namun tidak licik(ehee) yang saya jawab dengan kembali menanyakan "pertanya'annya bagaimana tadi? bisa tolong diulangi?" dan dianya 'skakmet!'. jadi itu kuncinya untuk menghadapi orang yang cerdas tapi licik. ditambah lagi untuk yg muslim, perbanyak dzikir. :)

28 komentar:

admin mengatakan...

well, in the real world after graduated .. terkadang hasil kuliah itu nol besar! hehe.. soalnya kerjaan dan kuliahan ga nyambung sih ^^

Tukang Pamer mengatakan...

itu AKU :D
(yg mana nih)

bagaimana postingannya tadi? bisa diulangi?
wkwkwk

fakta2 yg konyol. hmm
sebentar lg aku akan menjalani hari2 spt itu
ckckck

arta mengatakan...

berjuanglah ^_^ semangat semangat semangat ^_^ *ngomongapasih -.-a , jangan baca komik selagi dosen menjelaskan materi *sotoydikitahh :D belum juga kuliah XD ixixixi

tingkat akhir mengatakan...

hohoho,, ngakak baca postingannya..
kalo gue sih kadang ngetwit quotes nya si dosen :D
but,, life is a game. kalo ga licik ya ga cerdas.. :D

Unknown mengatakan...

hm...banyak kok yg cerdas tapi licik...makanya harus hati2 juga

Opi mengatakan...

hhhahaa...ho ohh..sekarang dosen malas kasih kuliah, paling sering diskusi kelompok, dia cuman duduk2 maen hape..
kayak tonk banyak di tau kalo diskusi, nah yang aktif dak semuanya jii, yang itu2 saja..jadi yang dak aktif, apa mi dia tau tawwa, biar bertanya malu2..

masalah bertanya, ini yang paling saya jengkeli kalo jadi pemateri, jawabannya sudah jelas2 ada, ditanyakan lagi..kalo menurut ku sih, itu namanya bukan dipertanyakan lagi, tapi diperdebatkan.. -.-a

kan katanya orang bertanya punya salah satu dari 2 alasan : tidak tau, membandingkan, ato memang cuman nge-tes..(okeh, ternyata ada3 alasan)

Opi mengatakan...

astajiimm, hilap ka, kenaa jadi curcol ka disini..hhaha

r10 mengatakan...

sunah rasul untuk mnghindari perdebatan tak berguna

Tiara Putri mengatakan...

ahahaha iya tuh si Socrates, badut Athena yang kerjaannya ngasih pertanyaan ke orang yang lewat :D
ugh males deh kalau kerja kelompok, pernah saya marah banget akhirnya itu tugas saya kerjain gara-gara temen sekelompok ngebet pengen pulkam gara2 udah seminggu gg pulkam, keterlaluan *emosi*

TUKANG CoLoNG mengatakan...

cerdas + licik = cerdik

jinggalestari mengatakan...

waktu kuliah dlu,aq paling suka klo dosen msuk trus diskusi.soalnya se salh seorg mhsiswa yg suka mmbantai tman yg berasa (sok jago dlm mnyampaikan pndpatnya). aplg klo klompk se yg jd pmateri wuhh udh deh senang bgt psti.hehe sbnernya se gk prduli dosen msuk ngasih kuliah atw gak,soalnya se sangsi klo bkn prof yg ngasih kuliah.klo ilmunya msih sbatas S1 mah,ogah.klo S2 msih bisalah.msalahnya adl bnyak dosen jg yg hnya skedar ngasih copyan ud gitu ngasih pidato bla bla smpe akhir kuliah.lah,ilmunya mana?

ceritatugu mengatakan...

metode belajar ada bermacam-macam satu diantaranya adalah metode diskusi tergantung dari materi bahasan yang akan disampaikan

fb mengatakan...

Kalo jadi cerdas mau.. tapi kalo jadi licik jangan mau

Adryan Nurdien mengatakan...

wah, udah jarang fai berhadapan sama orang2 kayak gitu.. hehe.. kalo itu temen2 mahasiswa sih..
kalau dosen juga masih ada.. -.-a

Fadly Furqon mengatakan...

huahaha betul memang klo dosen pemalas tuh keliatan! sukanya diskusi mulu, padahal diskusi juga ga efektif. kebanyakan mahasiswa yg lain lg diskusi yang paling belakang sibuk main jejaring sosial. haha
:D

Eel Pecidasase mengatakan...

paling males yg namanya diskusi kelompok yg mana hanya salah satu orang dalam kelompok tsbt yang menjadi andalan dlama mengerjakan tugas. dan itulah ciri mahasiwa/mahasiswi indonesia

Geafry Necolsen mengatakan...

menyedihkan ya..
bayar mahal-mahal buat kuliah tapi begitu-begitu aja di kampus..
memang ada mahasiswa yang males atau ga niat kuliah.
ada juga dosen yang memang cerdas (kalo ga cerdas ga mungkin jadi dosen) tapi cerdas buat dirinya sendiri, ga bisa menyalurkan ilmunya ke mahasiswa.

satu lagi, kurikulum kita sudah jauh ketinggalan jaman.

Claude C Kenni mengatakan...

Jadi dosen tuh memang susah ya...harus membawakan materi yg tidak menarik dengan cara menarik...>_<

koskakiungu mengatakan...

arigatou gozaimasta' all!
well intinya apa yah? pendidikan di indonesia memang sangat jauh tertinggal bila dibandingkan dengan negara2 maju(yaeyalah) dan negara2 berkembang. dan payahnya, kita ini sudah merasa ketinggalan tapi masih saja jalan di tempat, and believe it or not, ini semua dampak dari sistem demokrasi. as simple as that! ^^

Adryan Nurdien mengatakan...

memang sistem di Indonesia perlu dibenahin..
komen2nya dihapus beneran gih fai, keliatan tuh disini..

koskakiungu mengatakan...

siap boz,,, udah! ;p

Adryan Nurdien mengatakan...

siap apanya? ngehapus komen yang belum bener2 kehapus tadi ato siap ngubah sistem di Indonesia? heheh.. :P

koskakiungu mengatakan...

ahhh, endonesaaa.. ane tak mampu ngerubahnya sendirian gan, butuh bantuan dari ente-ente pade, n' from my Beloved Lord...uyeee ^^a

Adryan Nurdien mengatakan...

amiiinn... ya kita hanya bisa berdo'a..

Asop mengatakan...

Well, saya sepakat, demokrasi memang dungu. :D

Orang yang bertanya hanya untuk mengetes si pemapar di depan? Mengapa tidak!? Tentu niat untuk menjatuhkan mungkin ada. Tapi sungguh aneh, 'kan, kalau si pemapar materi di depan tak bisa menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materinya sendiri? :D

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" mengatakan...

baru terpikirkan sama gw malah kenapa dosen2 sering ngadain diskusi kelompok...

Dihas Enrico mengatakan...

yg bener kaoskakiungu gak licik,,, :P

o ya demokrasi itu sistem yg merugikan yg menemukan ebih tepatnya... :P

enha mengatakan...

untunglah enggak ada teman ane yg cerdas tapi licik...
XD